Minggu, 17 Juli 2011

macam macam kertas poto

Ada beberapa jenis kertas foto digital (digital paper photo printing) yang banyak beredar dipasaran, diantaranya :

1. Canvas Paper

Jenis kertas ini jika kita gunakan untuk mencetak foto akan menghasilkan cetakan dengan sentuhan canvas layaknya sebuah lukisan. Hasil akhir cetakan akan menampilkan foto yang persis dengan kertas canvas.


2. Pemium Glossy Photo Paper

Kertas jenis ini biasa disebut oleh para penggunanya dengan sebutan high glossy, kertas jenis ini mampu menghasilkan cetakan dengan efek yang lebih mengkilap. Kertas jenis glossy photo paper ini sangat cocok untuk mengcetak photo dengan resolusi tinggi. Walaupun harga kertas ini lebih mahal tetapi jika kita gunakan, akan menghasilkan cetakan photo yang maksimal dan lebih cerah.


3. Double-Side Paper

Jenis kertas ini mampu digunakan untuk cetak foto pada kedua sisinya (depan dan belakang). Kualitas foto yang dihasilkan juga cukup bagus, tidak terlalu mengkilap dan cenderung doff. Jenis kertas ini cocok digunakan untuk mencetak pamflet yang biasanya digunakan untuk sarana promosi, sehingga para konsumen dapat melihat dikedua sisinya.


4. Laster Photo Paper

Laster photo paper biasanya digunakan untuk keperluan dokumenter karena jenis kertas ini sangat awet bahkan bisa bertahan hingga puluhan tahun, tidak mudah pudar, mampu menghasilkan efek doff, dan sangat cocok untuk photo dengan resolusi tinggi. Permukaan kertas yang mirip kulit jeruk adalah ciri khas dari Laster photo paper untuk membedakan dengan jenis kertas lain. Ketahanan hasil cetakan membuat para konsumen puas, mungkin jenis ini bisa menjadi pertimbangan jika kita ingin serius didunia digital photo printing.


5. Glossy Photo Paper

Kertas ini merupakan jenis standar cetak foto. Dengan jenis kertas yang mengkilap dan putih mampu menghasilkan cetakan yang cemerlang. Dapat digunakan untuk foto resolusi tinggi dan harga kertas yang relatif murah (standar cetak photo).


6. Sticker Glossy Photo Paper

Sering kita menjumpai sticker yang menampilkan foto dengan warna dasar kertas putih dan mengkilap, jenis ini sangat cocok untuk keperluan pembuatan sticker serta mampu mencetak foto beresolusi tinggi.


7. Inkjet Paper

Kertas ini kurang cocok untuk keperluan digital photo printing, jenis kertas inkjet paper ini biasanya digunakan untuk keperluan grafis, seperti mencetak sketsa gambar, proof arsitektur rumah, grafik bar, dan sebagainya. Kualitas kertasnya lebih bagus dari jenis HVS karena serapan pada tinta lebih bagus dan cepat kering.


8. Sublim Paper (Transfer Paper)

Kertas jenis ini bukan digunakan untuk mencetak photo sebagai pajangan dirumah, didompet atau untuk dibingkai tetapi kertas ini digunakan sebagai mediator (media perantara, transfer paper) gambar ke t-shirt (kaos). Jadi bila kita ingin sebuah gambar dipindahkannya ke t-shirt (kaos) maka gunakanlah jenis Sublim Paper karena kertas ini mampu memindahkan tinta dengan maksimal ke t-shirt.

Itulah jenis-jenis kertas foto digital printing yang banyak beredar di pasaran, tetapi sebenarnya masih banyak jenis lainnya. Jenis yang sudah dijelaskan adalah yang paling mudah untuk ditemukan disekitar kita. Kemampuan kita sangat mempengaruhi hasil akhir cetakan, dengan mengenal jenis kertas memudahkan kita menyesuaikan dengan keperluan cetak.

fungsi dan caramenggunakan multi tester ( multimeter )

Fungsi dan Cara menggunakan Multimeter sebagai berikut :

Fungsi multimeter / multi tester
   1. Mengukur tegangan DC
   2. Mengukur tegangan AC
   3. Mengukur kuat arus DC
   4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor
   5. Mengecek hubung-singkat / koneksi
   6. Mengecek transistor
   7. Mengecek kapasitor elektrolit
   8. Mengecek dioda, led dan dioda zener
   9. Mengecek induktor
  10. Mengukur HFE transistor (type tertentu)
  11. Mengukur suhu (type tertentu)

   1. Mengukur tegangan DC
          * Atur Selektor pada posisi DCV.
          * Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
          * Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak  rusak.
          * Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek, probe warna merah pada posisi (+) dan probe  warna hitam pada titik (-) tidak boleh terbalik.
          * Baca hasil ukur pada multimeter.
   
2. Mengukur tegangan AC
          * Atur Selektor pada posisi ACV.
          * Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar tegangan yang akan di cek, jika tegangan yang di cek sekitar 12Volt maka atur posisi skala di batas ukur 50V.
          * Untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui besarnya maka atur batas ukur pada posisi tertinggi supaya multimeter tidak rusak.
          * Hubungkan atau tempelkan probe multimeter ke titik tegangan yang akan dicek. Pemasangan probe multimeter boleh terbalik.
          * Baca hasil ukur pada multimeter.
  
3. Mengukur kuat arus DC
          * Atur Selektor pada posisi DCA.
          * Pilih skala batas ukur berdasarkan perkiraan besar arus yang akan di cek, misal : arus yang di cek sekitar 100mA maka atur posisi skala di batas ukur 250mA atau 500mA.
          * Perhatikan dengan benar batas maksimal kuat arus yang mampu diukur oleh multimeter karena jika melebihi batas maka fuse (sekring) pada multimeter akan putus dan multimeter sementara tidak bisa dipakai dan fuse (sekring) harus diganti dulu.
          * Pemasangan probe multimeter tidak sama dengan saat  pengukuran tegangan DC dan AC, karena mengukur arus berarti  kita memutus salah satu hubungan catu daya ke beban yang akan dicek arusnya, lalu menjadikan multimeter sebagai penghubung.
          * Hubungkan probe multimeter merah pada output tegangan (+) catu daya dan probe (-) pada input tegangan (+) dari beban/rangkaian yang akan dicek pemakaian arusnya.
          * Baca hasil ukur pada multimeter.
   4. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor tetap
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai resistor yang akan diukur.
          * Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka pengali sesuai batas ukur
          * Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
          * Baca hasil ukur pada multimeter, pastikan nilai penunjukan multimeter sama dengan nilai yang ditunjukkan oleh gelang warna resistor.
   5. Mengukur nilai hambatan sebuah resistor variabel (VR)
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur berdasarkan nilai variabel resistor (VR)yang akan diukur.
          * Batas ukur ohmmeter biasanya diawali dengan X (kali), artinya hasil penunjukkan jarum nantinya dikalikan dengan angka  pengali sesuai batas ukur.
          * Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung resistor boleh terbalik.
          * Sambil membaca hasil ukur pada multimeter, putar/geser posisi variabel resistor dan pastikan penunjukan jarum multimeter berubah sesuai dengan putaran VR.
   6. Mengecek hubung-singkat / koneksi
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur X 1 (kali satu).
          * Hubungkan kedua probe multimeter pada kedua ujung kabel/terminal yang akan dicek koneksinya.
          * Baca hasil ukur pada multimeter, semakin kecil nilai hambatan yang ditunjukkan maka semakin baik konektivitasnya.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk kemungkinan kabel atau  terminal tersebut putus.
   7. Mengecek diode
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
          * Hubungkan  probe multimeter (-) pada anoda dan probe (+) pada katoda.
          * Jika diode yang dicek berupa led maka batas ukur pada X1 dan saat dicek, led akan menyala.
          * Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti dioda baik, jika tidak menunjuk berarti dioda  rusak putus.
          * Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada anoda dan probe (-) pada katoda.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti  dioda baik, jika bergerak berarti dioda rusak bocor tembus  katoda-anoda.
   8. Mengecek transistor NPN
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
          * Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor .
          * Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-C.
          * Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+)  pada basis dan probe (-) pada kolektor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
          * Hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
          * Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar  5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti  transistor rusak putus B-E.
          * Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
          * Hubungkan  probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
          * Note : pengecekan probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) padakolektor tidak diperlukan.
   9. Mengecek transistor PNP
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur X 1K (kali satu kilo = X 1000).
          * Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada kolektor.
          * Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-C.
          * Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada kolektor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-C.
          * Hubungkan  probe multimeter (+) pada basis dan probe (-) pada emitor.
          * Jika multimeter menunjuk ke angka tertentu (biasanya sekitar 5-20K) berarti transistor baik, jika tidak menunjuk berarti transistor rusak putus B-E.
          * Lepaskan kedua probe lalu hubungkan  probe multimeter (-) pada basis dan probe (+) pada emitor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus B-E.
          * Hubungkan  probe multimeter (-) pada emitor dan probe (+) pada kolektor.
          * Jika jarum multimeter tidak menunjuk (tidak bergerak) berarti transistor baik, jika bergerak berarti transistor rusak bocor tembus C-E.
          * Note : pengecekan probe multimeter (+) pada emitor dan probe (-) pada kolektor tidak diperlukan.
  10. Mengecek Kapasitor Elektrolit (Elko)
          * Atur Selektor pada posisi Ohmmeter.
          * Pilih skala batas ukur X 1 untuk nilai elko diatas 1000uF, X 10 untuk untuk nilai elko diatas 100uF-1000uF, X 100 untuk nilai elko 10uF-100uF dan X 1K untuk nilai elko dibawah 10uF.
          * Hubungkan  probe multimeter (-) pada kaki (+) elko dan probe (+) pada kaki (-) elko.
          * Pastikan jarum multimeter bergerak kekanan sampai nilai tertentu (tergantung nilai elko) lalu kembali ke posisi semula.
          * Jika jarum bergerak dan tidak kembali maka dipastikan elko bocor.
          * Jika jarum tidak bergerak maka elko kering / tidak menghantar.